Dunia maya adalah dunia kita sekarang berbagi informasi. Kita sering terjebak dengan opini opini di dunia maya dari berbagai social account apapun itu. Kita bisa komen begini begitu sekedar ngasih opini, eh taunya ada yang tersindir. Kita bisa nulis sesuka hati di blog kita, di website, dimanapun itu dengan bumbu “nyebut merk” tentang review yang menurut kita kurang, ee tau-tau tersebar kalau kita dicap “penghujat” atau “pembully” atau “kena pasal pencemaran limbah eh bukan pencemaran nama baik”. Dulu banget nggak gini lah, komen sesuka hati masih bebas lepas, eh dulunya kapan? Jaman Majapahit belum ada gadget seperti sekarang, boro-boro handphone, tv, kirim surat masih mempercayakan pada burung penuh cinta yaitu merpati pos. Hehe
Ya, jaman sudah berbeda. Kita berfikir, buat kita, komen di media sosial, curhat ataupun beropini itu sah-sah saja, tapi kita nggak mau dong gara-gara review kita, khalayak ada yang terganggu atau jangan sampai kita nggak tau kalau kita sudah melakukan diluar batas kewajaran. Hmmm. Bisa jadi. Mau mengumpat, mereview atau mengkritik itu hak setiap orang, kita juga mempunyai maksud tersendiri melakukan itu entah berbagi pengalaman, meluapkan emosi, dll. Disini hipwee bakal kupas tuntas cara untuk aman bersosial media. Yuk baca ini guys
1. Dunia Maya dan Segala Merk untuk Khalayak Umum
Kunci pertama dan pasal pertama bermedia sosial yaitu kalau bisa jangan sebut merk tempat, nama, ras, agama yang berbau SARA karena itu sangat berbahaya. Tidak hanya kamu akan dihajar banyak orang, kamu juga bisa kena pasal hukum. Media sosial adalah sesuatu yang sensitif. Update berupa tulisan setara sama menulis di koran selebaran, mengirim surat lembaran kepada ratusan ribu hingga jutaan manusia di bumi. Bayangkan kamu sedang merancang naskah pidato di depan ribuan orang, pasti kamu bakal memikirkan, apa tulisan saya sudah bagus, apa tulisan saya bakal menyindir salah satu pihak, apakah tulisan naskah saya sudah bermanfaat bagi orang lain? Apakah “merk” yang saya sebutkan untuk dikritik akan menerima? Andaikan posisi mereka diputar menjadi posisiku, “merk” itu jadi menyindirku, apakah aku juga akan tinggal diam?
Ya. Lagi-lagi tidak ada yang benar ataupun salah. Cuma, kita harus hati-hati. Kalau sudah hati-hati maka perlu lebih lebih dan lebih berhati-hati dalam menulis di media sosial. Alih-alih mengupdate untuk menjadikan diri sendiri terlihat baik malah menjadikan diri sendiri terlihat buruk.
Sebagai contoh:
Misalkan kita pernah nggak puas dengan pelayanan di sebuah rumah sakit. Kita merasa “Kenapa sih bayar mahal, antri lama, padahal ini Rumah Sakit Internasional kok begini, bla bla bla.” Boleh-boleh saja kamu memberikan kritik dan saran pada pihat rumah sakit melalui kotak saran atau email ke rumah sakit tersebut. Andaikan kamu menuliskan di media sosial akan menuai pro dan kontra yang bisa sampai kamu dituntut oleh pihak rumah sakit itu sendiri.
2. Di Dunia Maya Seperti Kita Bicara Pada Diri Sendiri. Apa Benar?
Ya benar asalkan status sharingnya diubah menjadi privacy. Kalau belum privacy, berarti kita masih bicara sama ratusan gundul atau seberapa banyak friends di sosial media kita, bergantung dari pengaturan kepada siapa kita akan bagikan. Kita bicara di dunia nyata saja sudah disaring lebih dari 2x minyak penggorengan saja masih kadang ada yang salah paham, apalagi saat marah, mengumpat di media sosial lepas kendali semua keluar bisa sampai membangun kebun binatang sendiri. Saling mengumpat dan sebagainya itu tidak bermanfaat guys. Seseorang nggak jadi lebih baik hanya karena update menyalahkan orang lain atau membawa masalah ke media sosial.
Misal nih “Ngeselin banget sih dia, ulangan aja nggak mau bagi-bagi” Lho, kalau mengumpulkan masa buat komen ke status itu salah besar, kalau begini malah yang update status dicap jadi tulang contek dong. Bisa jadi teman yang nggak mau nyontekin menyuruh ia secara halus “Belajar..belajar..jangan cuma nyontek melulu”.
3. Orang yang Dijelekkan di Dunia Maya Belum Tentu Jelek
Orang yang suka menghujat di media sosial tidak menunjukkan kalau dirinya baik, malah sebaliknya. Apalagi orang yang dihujat memilih no comment atau tidak membalasnya hal itu akan memunculkan pernyataan yang bisa jadi si pengupdate yang memang tukang membuat masalah. Nggak banget kan guys? So, berhenti memperburuk orang lain karena itu akan memperburuk dirimu sendiri. Kalau ada masalah, sebaiknya dibicarakan dengan baik di dunia nyata ya, jangan dibawa ke media sosial karena cenderung memberikan masalah lebih bukan solusi. Misal nih ada teman kita yang punya masalah sama atasan, nggak seharusnya kita menjelek-jelekkan, tapi bantu ia biar ia bisa mengatasi masalahnya, kalaupun kamu nggak bisa membantunya, lepas tanganlah dan jangan ikut campur guys.
4. Dunia Maya Bisa Jadi Tempat Menyakiti Perasaan Orang Lain
Ini lebih bahaya lagi guys. Pernyataan yang panjang lebar dan menyindir sesuatu akan berdampak menyakiti hati. Sebelum melakukan sesuatu pada orang lain tanyalah pada diri sendiri “Kalau aku diperlakukan seperti itu apakah aku mau dan bisa menerima?”Tak lepas apakah pernyataan itu sudah dihapus dan pelaku sudah minta maaf, tapi yang namanya sakit hati itu sulit dihilangkan. Apalagi doa orang teraniaya itu bisa lebih cepat dikabulkan. Urusannya udah nggak seseimpel itu kalau udah nyangkut ngadu ke “Tuhan”.
5. Dunia Maya (Media Sosial) sebagai Penilaian Dalam Perekrutan Karyawan baru
Tidak jarang, pencari kerja melakukan penilaian dari media sosial yang ia punya karena hasilnya sangat akurat untuk mengetahui seperti apa kepribadian orang tersebut. Maka, jadilah orang yang mengagumkan banyak orang, tulis yang memang perlu ditulis, bermanfaat bagi orang lain, melapangkan hati, menguatkan hati orang lain. Kalaupun terpaksa mengumpat, buatlah menjadi privacy.
Yuk guys jadi orang bijak yang jangan sampai terjebak ke kesalahan yang bisa merugikan diri sendiri. Media sosial dan seluruh isinya memang sepenuhnya hak masing-masing, tapi ada syarat khusus agar kamu bisa jadi orang yang dihargai lingkunganmu. Setuju?
sumber: www.hipwee.com
0 komentar:
Posting Komentar